memahami agama dalam menyikapi kemajuan ilmu pengetahuan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ini, banyak memberi pengaruh bagi perkembangan kejiwaan dan cara berfikir seseorang. Efek yang ditimbulkannya begitu dahsyat mempengaruhi akal sehingga pola fikir, tingkah laku dan cara pandang lebih banyak bertumpu pada logika akal. Pengaruh yang begitu kuat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara perlahan-lahan menggiring manusia kedalam suatu pusaran arus modernisme yang mengehendaki segalanya harus dinilai dengan rasio dan logika intelektual. Hal ini berbanding lurus dengan sikap dan persangkaan seseorang terhadap sesuatu, baik itu objek materi maupun non materi. Sesuatu dikatakan baik, jika memenuhi takaran intelektual yang rasional dan logis, dan sebaliknya buruk atau jelek jika ...

bertentangan dengan penilaian logika. Kondisi seperti ini lambat laun membawa manusia semakin jauh dari ajaran agama yang sesungguhnya mengendaki adanya keseimbangan penggunaan logika dan perasaan sebagai sumber dalam mananamkan keyakinan kepada Allah SWT. Dengan kondisi seperti ini, semakin banyak manusia yang tidak sadar dalam kesadarannya bahwa akal memiliki keterbatasan yang jika tidak dalam tuntunan wahyu, akan berpotensi besar melahirkan pembangkangan. Baik itu pembangkangan pada nilai-nilai moral kehidupan maupun pembangkangan pada zat yang menciptakan akal itu sendiri. Pendewaan terhadap akal kemudian melahirkan sikap skeptis dan apatis yang menafikan campur tangan Tuhan dalam melakukan interaksi menjalani hidup. Muncullah dikhotomi yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, dan jadilah manusia-manusia abad ini sebagai manusia sekuler. Karena segala sesuatu harus sesuai dan masuk akal, maka mata menjadi titik awal dalam menentukan baik buruknya sesuatu hal, yang kemudian menjadikan otak sebagai titik sentral dalam pengambilan keputusan. Padahal, sesuatu yang buruk atau jelek menurut akal manusia, justru mungkin itu yang baik bagi dirinya menurut Tuhan, begitupun sebaliknya sesuatu yang baik menurut akal belum tentu baik di mata Tuhan dan mungkin justru itu buruk bagi manusia itu sendiri. Sungguh ini adalah perkara misteri yang pada dasarnya diluar jangkauan logika intelektual manusia, tapi terkadang dipaksakan untuk diterima dan dilakukan.

Untuk perkara-perkara seperti ini, Tidak sedikit Allah dan Rasulnya beserta orang-orang shaleh terdahulu memberi pesan, baik itu melalui firman Allah dalam kitab suci-Nya, pesan dari para Nabi dan Rasul, bahkan kisah-kisah nyata bertuliskan tinta emas yang tercatat dalam sejarah, tetapi manusia kadang tidak mau mengambil ibrah (pelajaran) darinya.

Saya ingin mempersempit bahasan ini khususnya dalam hal memilih jodoh. Seperti kita ketahui bersama, seiring dengan perubahan waktu dan perkembangan jaman, terjadi pergeseran paradigma bagi masyarakat modern yang hidup diabad ini dalam memilih jodoh. Apakah itu laki-laki maupun perempuan, dalam urusan yang satu ini, diera modernisasi seperti sekarang sebagian besar didasarkan atas paradigma baru. Nilai-nilai luhur yang diajarkan agama dinilai kaku, kolot bahkan dianggap penghalang.

Pacaran misalnya, adalah paradigma baru yang dianggap sangat tepat dalam upaya merintis jalan menuju pernikahan. Pacaran menurut penganutnya merupakan cara yang efektif untuk mengenali pasangan luar dan dalam sebelum memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan. Walaupun dalam kenyataannya, tidak sedikit korban yang jatuh bergelimpangan sebagai akibat dari pacaran ini. Lihatlah contoh seperti misalnya, hamil diluar nikah, kumpul kebo, aborsi, kawin cerai, pernikahan yang gagal padahal pacarannya sudah berjalan bertahun-tahun bahkan kedua jenis kelamin yang berbeda ini sudah menyatukan diri layaknya suami istri, dan berbagai ekses lainnya yang timbul. Tetapi sebagian besar kita masih juga menutup mata, bahkan semakin mengagung-agungkan budaya ini.

Demikian pula halnya dalam menentukan pilihan, bukan rahasia lagi kalau sebagian besar manusia abad ini, baik-laki-laki maupun perempuan lebih mengutamakan bentuk fisik dan materi calon pasangan hidupnya dari pada faktor-faktor lainnya. Seakan wajah cantik nan rupawan, tampan gagah perkasa, harta benda, kedudukan dan jabatan akan seratus persen merupakan jaminan kebahagiaan hidup. Padahal sekali lagi, kenyataan yang terpampang di depan mata justru berkata lain. Wajah cantik rupawan, tampan dan gagah perkasa yang tidak dilandasi dengan iman dan pemahaman agama yang baik berpotensi menimbulkan masalah. Dunia hari ini menunjukkan bukti kepada kita bahwa perselingkuhan terjadi di mana-mana, wanita dan pria idaman lain (WIL dan PIL) berseliweran tidak kenal waktu. Dengan keadaan yang sedemikian itu, masih juga kita berkelik dan berdalih bahwa itu hal biasa yang merupakan konsekwensi kemajuan jaman dan kehidupan anak cucu adam. Padahal Allah telah mengingatkan bahwa akan terjadi kerusakan di darat dan di laut sebagai akibat dari ulah tangan-tangan manusia itu sendiri yang tidak mengindahkan petunjuk dan larangan-larangan Allah.

Sekali lagi, Allah SWT mengingatkan, sesuatu yang baik menurut kita barangkali justru itu yang buruk dan sesuatu yang buruk menurut kita mungkin justru itu yang terbaik. Oleh karena itu dalam memaknai hakekat ini, seyogyanya kita bisa bersikap lebih arif serta berupaya melakukan sinkronisasi atas apa yang menjadi keinginan dan kehendak kita sebagai makhluk dengan keinginan dan kehendak Allah sebagai khaliq. Artinya memahami dan mempraktekkan ajaran luhur yang bersumber dari nilai-nilai agama yang bersifat ilahiyyah menjadi mutlak adanya. Jika ini yang kita lakukan, maka yakinlah bahwa kebahagiaan yang menjadi dambaan kita dan semua orang akan terwujud. Oleh karena itu ilmu pengetahuan boleh berkembang pesat, logika intelektual dapat terus diasah dan ditingkatkan, tetapi memahami agama sebagai tuntunan hidup dan sebagai perisai dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan menjadi wajib adanya. Wallahu 'alam bisshowab.

Wassalam

Baca juga artikel berikut :



10 komentar:

fifi mengatakan...

postingan yang bagus. mangstab...........semoga kemajuan teknologi ini dapat kita manfaatkan secara positif...........

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Sebuah pencerahan yang sangat bermakna.

HAPIA Mesir mengatakan...

sangat ironis jika melihat kenyataan seperti itu......jaman sekarang...segalanya di ukur menurut harta,,kekayaan.....tampang....
jarang yg menilai seseorang dari hati....

rae_zen mengatakan...

jika kita tak mampu merubah....janganlah pandang orang lain...mulailah perhatikan diri kita sendiri.....mulai dari hal terkecil...yaitu diri kita....

sekedar info kriteria istri idaman DISINI

erwinyustiawan mengatakan...

setuju mas..terima kasih atas sharinggnya..masih banyak kurangnya nie saya..:)

Sriayu mengatakan...

Hmm... Nasib suatu kaum tdk akan brubah, kecuali oleh kaum itu sendiri. And jk kita ingin 'dunia' kita berubah, maka diri kita sndirilah yg hrs brubah. Jika tdk mampu merubah arus, minimal tdk terbw arus. Eh sorry, kebanyakan ngomong y? Y udah tak stop aj. He...3x. BTW, link na ntar tak pasang y.. Lg crowded. Ne aj connect by HP. Wassalam

kang dwi mengatakan...

pencerahan yang menjernihkan hati, dan membuaut aku jadi bisa berfikir lebih jernih

wiyono mengatakan...

jalan-jalan pagi, mengunjungi blog ini..ternyata banyak hal yang kutemukan dalam setiap isi blog mu sobat. anda adalah blogger ulung yang tak mungkin ku tandingi..kalau boleh aku mo' melamar jadi murid blogger nich he he he he

indri mengatakan...

assalamualaikum... mungkin intinya trletak pd sbrpa jauh pngendalian yg bisa kita lakukan, bukan seberapa jauh kita dikendalikan.

fitri alifah mengatakan...

berarti tugas dakwah semakin berat yach? semoga dimudahkan Allah. dan perkembangan teknologi semoga bisa memudahkan berdakwah..
harapan itu masih ada :)

Copyright © 2009 - ekspresi ikhwan - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template