Wa' tashimuu bihablillaahi jamiia'an walaa tafarraquu" (Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai). Demikian bunyi penggalan salah satu firman Allah SWT dalam Al Quran surah al baqarah, dimana intisari yang bisa kita petik dari ayat ini adalah keharusan untuk senantiasa berpegang kepada tali Allah (Al Quran dan Sunnah Nabi), dan perintah untuk mewujudkan persatuan di kalangan ummat Islam. Tidak bisa dipungkiri bahwa mewujudkan persatuan adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan menuju terwujudnya sistem khilafah (pemerintahan Islam) yang di dalamnya berlaku hukum-hukum Allah. Berbicara dalam konteks kekinian, khususnya realitas ummat Islam Indonesia, mungkin kita harus mengurut dada, karena apa yang terjadi hari ini sepertinya jauh dari harapan. Ummat Islam terpecah dalam beberapa kelompok, dimana penyebabnya adalah adanya perbedaan interpretasi dan pemahaman yang kemudian menjadi sebab timbulnya perpecahan.
Perbedaan dalam memahami suatu masalah, menurut saya adalah suatu hal yang wajar selama perbedaan itu mendatangkan manfaat dan tidak menimbulkan masalah. Karena setiap manusia tidak mungkin memiliki perspektif yang sama dalam menilai dan memahami sesuatu. Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, "perbedaan dikalangan ummatku adalah rahmat".
Tetapi jika pendekatan dalam konteks ini coba dijadikan patron untuk menilai realitas yang terjadi di kalangan ummat Islam Indonesia, khususnya gerakan-gerakan dakwah Islam, dapatkah dikatakan bahwa perbedaan antara kelompok-kelompok Islam itu adalah rahmat bagi kaum muslimin, atau justru sebaliknya?, karena kenyataanya, sulit menemukan adanya indikasi bahwa perbedaan ini melahirkan ukhuwah dikalangan mereka, justru yang terjadi malah sebaliknya. Kelompok yang satu merasa lebih benar daripada kelompok lainnya, dan parahnya lagi, bukan sikap saling menghargai yang terjadi diantara mereka, tetapi malah saling menyalahkan, menyesatkan bahkan saling membuat tuduhan-tuduhan yang menyudutkan dan mendiskreditkan kelompok lain. Padahal mereka memiliki pegangan dan panduan yang sama, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasul.
Dalam kondisi seperti ini, mungkinkah persatuan ummat (wihdatul ummah) dapat diwujudkan?, dan mungkinkah khilafah yang menjadi tujuan dan cita-cita gerakan-gerakan dakwah itu bisa terealisasi???, wallahu 'alam bisshowab.
Kerena itu, upaya yang harus dilakukan adalah mencari penyebab atau akar permasalahan mengapa perbedaan yang seharusnya menjadi rahmat itu berubah menjadi bala', karena jika kondisi ini terus berlarut-larut, maka terbentuknya khilafah yang dicita-citakan itu barangkali hanya akan menjadi mimpi-mimpi kosong dan hayalan semata. Artinya, tidak ada jalan lain kecuali semua harus menyadari bahwa persatuan melebihi segala-galanya, jauh diatas kepentingan orang-perorang atau jama'ah tertentu saja. Bukan jamannya lagi mengatakan kelompok A yang benar dan B salah, tetapi langkah yang tepat adalah mengadakan muhasabah (instrospeksi) diri dan kelompok, menyadari kekeliruan, menjalin silaturahmi dalam rangka marekatkan kembali tali ukhuwah yang cerai-berai, lalu menyatukan gerak dan langkah yang seirama menuju cita-cita yang sama, yaitu terwujudnya khilafah yang mengayomi seluruh ummat Islam dalam ridho Allah SWT, baldatun toyyibatun wa rabbun gafuur.
Tetapi jika pendekatan dalam konteks ini coba dijadikan patron untuk menilai realitas yang terjadi di kalangan ummat Islam Indonesia, khususnya gerakan-gerakan dakwah Islam, dapatkah dikatakan bahwa perbedaan antara kelompok-kelompok Islam itu adalah rahmat bagi kaum muslimin, atau justru sebaliknya?, karena kenyataanya, sulit menemukan adanya indikasi bahwa perbedaan ini melahirkan ukhuwah dikalangan mereka, justru yang terjadi malah sebaliknya. Kelompok yang satu merasa lebih benar daripada kelompok lainnya, dan parahnya lagi, bukan sikap saling menghargai yang terjadi diantara mereka, tetapi malah saling menyalahkan, menyesatkan bahkan saling membuat tuduhan-tuduhan yang menyudutkan dan mendiskreditkan kelompok lain. Padahal mereka memiliki pegangan dan panduan yang sama, yaitu Al Quran dan Sunnah Rasul.
Dalam kondisi seperti ini, mungkinkah persatuan ummat (wihdatul ummah) dapat diwujudkan?, dan mungkinkah khilafah yang menjadi tujuan dan cita-cita gerakan-gerakan dakwah itu bisa terealisasi???, wallahu 'alam bisshowab.
Kerena itu, upaya yang harus dilakukan adalah mencari penyebab atau akar permasalahan mengapa perbedaan yang seharusnya menjadi rahmat itu berubah menjadi bala', karena jika kondisi ini terus berlarut-larut, maka terbentuknya khilafah yang dicita-citakan itu barangkali hanya akan menjadi mimpi-mimpi kosong dan hayalan semata. Artinya, tidak ada jalan lain kecuali semua harus menyadari bahwa persatuan melebihi segala-galanya, jauh diatas kepentingan orang-perorang atau jama'ah tertentu saja. Bukan jamannya lagi mengatakan kelompok A yang benar dan B salah, tetapi langkah yang tepat adalah mengadakan muhasabah (instrospeksi) diri dan kelompok, menyadari kekeliruan, menjalin silaturahmi dalam rangka marekatkan kembali tali ukhuwah yang cerai-berai, lalu menyatukan gerak dan langkah yang seirama menuju cita-cita yang sama, yaitu terwujudnya khilafah yang mengayomi seluruh ummat Islam dalam ridho Allah SWT, baldatun toyyibatun wa rabbun gafuur.
0 komentar:
Posting Komentar