kenikmatan berujung malapetaka

Dalam dua bulan terakhir, jika berkunjung ke beberapa web blog teman-teman blogger Indonesia, foto ini akan banyak ditemui, entah itu sebagai head line blog, atau sekedar pajangan agar menarik pengunjung untuk berkunjung. Saya yakin keduanya pasti anda kenal dengan baik, karena pemberitaan atas keduanya begitu marak pasca tewasnya Nasrudin Zoelkarnain. Hampir tiap hari, entah itu media cetak maupun elektronik berlomba memberitakan dua insan berlainan jenis dan beda generasi ini. Karena begitu hebatnya daya pikat kasus yang dialami keduanya, hampir-hampir menenggelamkan berita mengenai proses demokrasi yang sementara akan memamsuki babak kedua menuju pemilihan presiden dan wakil presiden.

Bukannya ingin latah apalagi ikut-ikutan sesuatu yang lagi trend, tetapi melalui postingan ini, dengan berbekal sedikit ilmu hukum dan poitik yang saya miliki, saya akan coba mengemukakan pendapat saya mengenai kasus yang sedang menimpa Antasari Ashar sang Ketua KPK, yang nekat mengotaki aksi pembunuhan berencana terhadap Nasaruddin Zoelkarnain jika benar ia yang mendalanginya, tentu dengan tidak bermaksud mengabaikan asas preasumption of innocent atau dikenal dengan istilah asas praduga tak bersalah.

Seperti yang kita ketahui dari media massa, bahwa motif pembunuhan sang direktur asal Sulawesi Selatan yang konon kabarnya sangat dekat dengan Antasari Ashar dan banyak mengetahui kasus korupsi yang sementara dalam penanganan KPK, didasari atas skandal hubungan asmara dalam bentuk cinta segitiga. Hal ini terungkap atas keterangan penyidik yang bersumber dari saksi pelaku yang saat ini tengah mendekam dalam tahanan Polda Metro Jaya. Walaupun secara yuridis formal alasan pembunuhan ini belum dapat dibuktikan karena prosesnya masih dalam tahap penyidikan Polri, pendapat umum bahkan media melalui beberapa bukti-bukti awal seperti foto-foto dan keterangan sopir pribadi Nasruddin Zoelkarnain, seakan-akan sudah secara bulat mendukung keterangan awal yang menyebutkan bahwa penyebab aksi pembunuhan ini karena motif asmara berbalut cinta segitiga.

Setelah mengikuti kasus ini lewat pemberitaan surat kabar dan Televisi, saya justru memiliki pendapat lain. Saya belum dapat percaya sepenuhnya kalau motif pembunuhan yang didalangi Antasari Ashar (kalau benar ia sebagai dalangnya), berlatar belakang asmara. Menurut saya, alasan ini terlalu kecil bagi seorang jaksa senior seperti Antasari yang sudah kenyang serta memiliki jam terbang tinggi dalam masalah-masalah hukum sebelum menjabat sebagai Ketua KPK. Bukannya bermaksud memandang remeh kasus perselingkuhan yang melibatkan pejabat negara dengan gadis cantik seperti Rani Juliani. Realitas seperti ini bukan barang baru di negara kita Indonesia. Banyak contoh kasus seperti ini. Masih ingat kan dengan kasus anggota DPR dari Golkar dan PDIP?.

Lalu apa kira-kira alasan yang paling logis untuk menjelaskan penyebab nekatnya Antasari Ashar mangarsiteki pembunuhan Nasruddin seandainya benar ia jadi otaknya?. Menurut saya, penyebabnya bukan karena cinta segitiga seperti yang banyak diberitakan media, melainkan ada kasus besar dimana Antasari terlibat di dalamnya, yang diketahui Nashruddin Zoelkarnain. Kasus itu bisa saja berhubungan dengan penanganan kasus korupsi yang sekarang ini ditangani KPK dimana Antasari Ashar sebagai ketuanya. Mari kita cermati pengakuan Antasari kepada penyidik Polri dimana ia mengakui bahwa ia pernah pernah diperas dan diteror melalui sms oleh almarhum. Kalau misalnya alasan pemerasan yang dilakukan oleh Nasrudin karena memiliki rekaman video Antasari bersama Rani Juliani di salah satu hotel di Jakarta. Bukankah sinyalemen ini sudah pernah dibantah oleh Antasari bahwa di Hotel itu bukan hanya ia dengan Rani tetapi ada orang lain yang bersamanya, dan keberadaannya di Hotel itupun tidak lebih dari lima menit.

Atau tarolah misalnya video perselingkuhan itu benar dan Nasrudin memanfaatkannya untuk memeras Antasari dengan ancaman akan membocorkan video itu ke publik jika Antasari tidak memenuhi keinginannya membayar sejumlah uang, bukankah sebagai seorang jaksa Antasari bisa saja berkelit dan menuduh Nasruddin bersama Rani Juliani merekayasa kejadian itu, sehingga Antasari punya alibi untuk menyerang balik Nasruddin sehingga Nasrudin harus berfikir seribu kali untuk membocorkan rahasia itu.

Kemudian jika benar terjadi tindakan pemerasan, sangat tidak logis jika Antasari tidak dapat menyelesaikannya secara baik-baik bersama Nasrudin. Toh mereka berdua bisa melakukan kesepakatan di bawah meja, sebagaiman lazimnya yang terjadi dalam dunia peradilan kita. Dan logika saya mengatakan, seorang direktur sekelas Nasrudin tidak sebodoh itu melakukan tindakan gegabah memeras Antasari dengan meminta sejumlah uang, apalagi terhadap seorang ketua KPK. Bukankah itu sama saja dengan menggali lobang untuk dirinya sendiri. Seandainya Nasrudin ini orang biasa tanpa kedudukan dan kemudian melakukan pemerasan, mungkin alasan itu masuk akal dan dapat diterima.

Jadi kesimpulan sementara saya, kasus ini bukan motif asmara. Ada kasus lain yang diketahui Nasrudin dimana kasus itu melibatkan Antasari dan mungkin juga pejabat negara lainnya (motif politik). Sehingga bagi Antasari tidak ada piihan lain kecuali harus melenyapkan sang direktur dari muka bumi. Untuk memuluskan langkahnya itulah, Antasari lalu meminta bantuan karibnya sang Komisaris Besar Polisi Williardy Wizard mantan Kapolres yang memiliki basic reserse, merencanakan misi menghilangkan nyawa Nasrudin sebagai satu-satunya jalan keluar. Wallahu 'alam, ini hanya dugaan saya berdasarkan pemberitaan yang ada. Selebihnya, sebagai negara yang katanya negara hukum, mari kita serahkan persoalan ini kepada kepolisian, jaksa dan pengadilan untuk mengungkapkannya, sehingga kasus ini menjadi terang benderang dan publik mengetahui apa motif yang sebenarnya. Mari kita tunggu kinerja profesional Polri dalam menuntaskan kasus ini. Akankah Antasari dapat dibuktikan sebagai arsitek peristiwa ini, atau ada dalang lain?, pengadilanlah yang akan membuktikannya. Jika kelak pengadilan memutuskan Antasari Ashar terbukti bersalah dan penyebab keterlibatannya sebagai dalang murni karena perselingkuhannya dengan Rani Juliani dalam balutan asmara cinta segitiga, maka kalimat yang tepat untuknya adalah "Kenikmatan Berujung Malapetaka".

Baca juga artikel berikut :



6 komentar:

Mohan mengatakan...

Wah cantik juga ya gebetannya ketua KPK wahaha, salam kenal ya boz

Anonim mengatakan...

saya msh sll berusaha utk percaya pada proses hukum di negara kita. saya berharap, proses hukum yg adil dan bertanggung jawab akan menjawab kasus ini dgn sebaik-baiknya.

Dimensi muslimah mengatakan...

Ass..apapun masalh mereka..Yang penting bagi kita adalah mendoakan mereka u/ cpat mendapatkan hidayah..n smoga di terima amal kebaikannya oleh Allah bagi nasrudin..

Fanda mengatakan...

pertanyaan terbesarnya apakah polisi akan serius menangani kasus ini?
Anyway, mari kita lihat dan tunggu saja...

nando.gino mengatakan...

kepercayaan gue kapada berita tentang kasus antashari hanya karena seorang wanita sangat kecil. Banyak alasannya, pertama : Apa ia dia sebodoh itu mau terjerat perselingkuhan tapi tidak bermain bersih ? bukankah lebih baik dia menyew wanita panggilan dari kalangan atas/selebritis untuk lebih safe ? kedua : Andai kata memang benar dia sama si Rani,,gue yakin dia gak se'bencong' itu membunuh nasrudin, bukan malah berbicara baik2. dan masih banyak lagi alasan gue gak percaya.

Tapi kalau masalah dia otak pembuhan nasrudin,,yg ini gue setengah percaya setengah engga. Ada kemungkinan besar ini benar,,mungkin seperti opini yang anda berikan, yaitu nasrudin mengathuin 'busuk'nya antashari yg belum terkuak di publik, dan bisa menjatuhkan antashari bila terkuak, maka si antashari nekat membunuh..

pinkflower mengatakan...

kalo antasari ga dibungkem...hehehe...ada yg babak belur setelah pemilu kemaren nih...

Copyright © 2009 - ekspresi ikhwan - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template